Jumat, 11 September 2015

SEJARAH SINGKAT NAMA BAWANG SUWUNG ATAU BULU SARI

   Dijaman penjajahan Belanda setelah Proklamasi dan Presiden RI Ir. Soekarno dan Moh Hatta maka seluruh wilayah Indonesia belum sepenuhnya merdeka.
   Disuatu wilayah terjadi pemberontakan G-30 S PKI salah satunya Dusun Bulu, Desa Bawang, Kecamatan Tempuran. Pada saat itu banyak pemberontak PKI yg bersarang disitu, kemudian terjadi pembantaian kaum beragama.
   Pada suatu malam kaum anshor (BANSER = barisan ansor serbaguna ) mengepung wilayah tersebut, dan seluruh komunis laki-laki dibantai dengan cara disembelih seperti hewan. Kecuali wanita dan anak-anak dibiarkan hidup. Saat itu BANSER yang mengepung dari berbagai daerah yang berkumpul menjadi satu dan waktu itu para PKI sedang berpesta api unggun dan menyanyikan lagu "GENJER" dan langsung ditangkap oleh BANSER akan tetapi saking takutnya PKI atau Para Komunis tersebut kemudian ada yang lari menuju kebun yg banyak rumput tinggi,ada yang menutup dirinya didalam rumput pakan sapi dikandang. Karena BANSER menggeledah seluruh rumah dan kalau ketemu PKI laki-laki yg dewasa langsung diseret keluar dan disembelih. Setelah disembelih lalu dikubur,menguburnya pun 5 orang jd 1 liang lahat bahkan lebih seperti mengubur unggas ayam yg terkena flu burung karena komunis saat itu dianggap musuh negara karena tidak mengakui adanya agama. Padahal dalam sila pertama ketuhanan yang maha esa.
   setelah itu atau sebelum terjadi peristiwa tersebut nama BAWANG SUWUNG (suwung = sepi) itu karena saat itu BAWANG seperti akan longsor karena tempatnya berlereng dan pindah di sebelahnya yg bernama BULU dan BULU pun akhirnya banyak penduduk sehingga bernama BULU SARI (sari = ramai),dan lama kelamaan penduduknya ada yg menghuni ditanah Desa tugurejo sehingga dinamai BULUREJO, sekilas tampaknya satu kampung tapi perbatasannya adalah jalan ditengah desa.

Sekian kurang lebihnya mohon maaf.
Sumber: Cerita orang terdahulu.

Senin, 02 Mei 2011

SEJARAH NAMA KECAMATAN TEMPURAN

Sejarah nama Tempuran (Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang) bermula pada tanggal 28 Maret 1830 saat P. Diponegoro mengadakan kunjungan kehormatan ke markas tentara Belanda(yang dipimpin oleh Jenderal De Kock)yang berakhir dengan penangkapan P. Diponegoro yang kemudian dibuang ke Makassar sampai akhirnya beliau meninggal dunia disana. Mendengar berita penangkapan tersebut,para pengikut P. Diponegoro yang berada diwilayah Menoreh dan sekitarnya kemudian berembug untuk mengadakan pertempuran melawan tentara Belanda di tapal batas antara pasukan Pangeran Diponegoro dengan pasukan Belanda yaitu daerah pertemuan (dalam bahasa JawaTempukan) berapa sungai antara lain Kali Gutheng, Kali Kintel, Kali Glonggong, Kali Punduh, Kali Stro, Kali Prahu dengan Sungai Progo. Terjadilah pertempuran hebat yang berakhir dengan kekalahan di pihak pasukan P.Diponegoro. Sisa–sisa pasukan yang ada akhirnya menyelamatkan diri secara terpisah- pisah dan kemudian berdomisili (menetap) dibeberapa tempat sekitar terjadinya pertempuran tersebut, berkeluarga dan membentuk perkampungan. Beberapa pengikut setia P.Diponegoro yang berdomisili di wilayah tersebut antara lain:
1.R. Kertinegoro, SayidAdbulloh (dimakamkan di Dusun Gunungbakal Desa Sumberarum) 2.KyaiBergas (dimakamkan di DusunBrigasan DesaTugurejo) 3.KyaiPahpoh (dimakamkan di DusunPapohan Desa Prajeksari) 4.MbahDemang Banjar (dimakamkan di DusunBanjaran Desa Tempurejo) 5.KyaiKliwon (dimakamkan di DusunKliwonan Desa Jogomulyo)
6.Kyai Zakaria (dimakamkan di DusunPletukan Desa Sidoagung), dan masih ada beberapa lainnya. Selanjutnya sejak saat pertempuran itulah wilayah tersebut dinamakan “Tempuran”

Sumber:Bp. Mas'ud Imam Sardjono, S.PD.I (menurut keterangan beberapa sesepuh dan tokoh masyarakat)

Didukung oleh:
Http://bing.com
Http://google.com
Http://yahoo.com
Http://blogger.com

Sejarah desa Tugurejo

Pada zaman dahulu ada sebuah hutan belantara yang diapit oleh dua bukit.
Hutan belantara tersebut ada benda bersejarah yang memiliki keyakinan mistic.
Benda itu adalah sebuah Tugu dan sebuah Arca (patung).
Pada awal sebelum terbentuk perkampungan ada seseorang yang sakti mandraguna melihat ada keanehan ditempat tersebut yang pada akhirnya ditemukannya sebuah batu Tugu dan Arca.
Akan tetapi tempatnya terpisah jauh,dan orang sakti tersebut mencoba menggabungkannya yaitu tugu dibawah sebagai alas dari arca tersebut. Akan tetapi gagal karena sewaktu dipindahkan pada malam hari setelah pergi orang sakti dari tempat penyatuan tugu dan arca lalu pagi harinya arca tersebut hilang dan kembali ke asalnya yaitu jauh dari tugu.
Orang yang sakti tersebut tetap berusaha menyatukan tugu dan arca tapi tetap saja gagal,karena orang sakti tersebut saking bingungnya lalu dia menyebut “TUGU ARCA” lalu mencoba menyatukan lagi dan sewaktu pagi harinya arca (patung) tersebut tetap menyatu dengan tugu alias tidak pindah (pergi) dari atas tugunya. Sejak saat itulah tempat tersebut dinamakan “TUGU-ARCA” dan lama kelamaan sampai sekarang berubah menjadi “TUGUREJO”
Dan disekitar tempat tersebut ada perkampungan antara lain BRIGASAN,BULUREJO,KANGGOTAN,TUGUR,PANDEYAN(tugur wetan),dan GABAHAN.

Sumber: Berbagai pendapat sesepuh Desa Tugurejo dan saya kaitkan dengan kejadian-kejadian disekitarnya.

Didukung oleh:
Http://bing.com
Http://google.com
Http://yahoo.com
Http://blogger.com

Sejarah desa Tugurejo

Pada zaman dahulu ada sebuah hutan belantara yang diapit oleh dua bukit.
Hutan belantara tersebut ada benda bersejarah yang memiliki keyakinan mistic.
Benda itu adalah sebuah Tugu dan sebuah Arca (patung).
Pada awal sebelum terbentuk perkampungan ada seseorang yang sakti mandraguna melihat ada keanehan ditempat tersebut yang pada akhirnya ditemukannya sebuah batu Tugu dan Arca.
Akan tetapi tempatnya terpisah jauh,dan orang sakti tersebut mencoba menggabungkannya yaitu tugu dibawah sebagai alas dari arca tersebut. Akan tetapi gagal karena sewaktu dipindahkan pada malam hari setelah pergi orang sakti dari tempat penyatuan tugu dan arca lalu pagi harinya arca tersebut hilang dan kembali ke asalnya yaitu jauh dari tugu.
Orang yang sakti tersebut tetap berusaha menyatukan tugu dan arca tapi tetap saja gagal,karena orang sakti tersebut saking bingungnya lalu dia menyebut “TUGU ARCA” lalu mencoba menyatukan lagi dan sewaktu pagi harinya arca (patung) tersebut tetap menyatu dengan tugu alias tidak pindah (pergi) dari atas tugunya. Sejak saat itulah tempat tersebut dinamakan “TUGU-ARCA” dan lama kelamaan sampai sekarang berubah menjadi “TUGUREJO”
Dan disekitar tempat tersebut ada perkampungan antara lain BRIGASAN,BULUREJO,KANGGOTAN,TUGUR,PANDEYAN(tugur wetan),dan GABAHAN.

Sumber: Berbagai pendapat sesepuh Desa Tugurejo dan saya kaitkan dengan kejadian-kejadian disekitarnya.

Didukung oleh:
Http://bing.com
Http://google.com
Http://yahoo.com
Http://blogger.com

SEJARAH TERJADINYA DUSUN BRIGASAN

Pada tanggal 28 Maret 1830 setelah terjadi pertempuran,akhirnya pengikut setia P. Diponegoro berdomisili disekitar tempat pertempuran di kecamatan tempuran salah satunya Kyai Hanggaswiryo yang dikenal dengan nama Mbah Bergas atau Kyai Bergas.
Kyai Bergas dimakamkan di Dusun Brigasan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

SEJARAH DUSUN BRIGASAN

Setelah Kyai Bergas Bertempat tinggal di Dusun Brigasan tepatnya di bawah perempatan Bukit Punggang Wetan kira-kira dibawah jalan menuju makam Brigasan. Waktu itu Kyai bergas tinggal bersama saudaranya yang sering disebut Mbah Gabah yg bertempat tinggal di Dusun Gabahan yaitu seseorang yg memiliki sawah luas sehingga selalu panen padi yang cukup melimpah (padi=jawanya gabah).
Karena tempat Mbah Gabah tersebut penuh dengan padi maka tempat tersebut dinamakan Gabahan
Pada suatu waktu Mbah Gabah merasa bahwa dirinya kaya akan pangan (padi) tetapi dirinya merasa bahwa wilayahnya kurang luas padahal wilayah milik Mbah Bergas sangat luas tetapi penuh dengan pohon-pohon yg banyak.
Mbah Gabah merasa iri karena wilayahnya tidak seluas milik Mbah Bergas dan pada akhirnya Mbah Gabah mempunyai fikiran buruk yaitu ingin membunuh Mbah Bergas beserta anak dan istrinya.
Karena Mbah Gabah tidak berani secara langsung, kemungkinan ilmunya Mbah Bergas tinggi daripada Mbah Gabah jadi Mbah Gabah tidak berani.
Pada suatu malam niat Mbah Gabah akan dilaksanakan yaitu membunuh sekeluarga yg ada dirumah Mbah Bergas tapi tidak secara langsung,waktu malam itu Mbah Gabah menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengangkat batu-batu besar yang selanjutnya dilemparkan ke rumah Mbah Bergas dari atas Bukit Punggang Wetan.
Tapi malam itu Allah SWT menakdirkan lain,yang pada akhirnya batu-batu besar yang dilemparkan Mbah Gabah berhenti semua dan tidak jadi menabrak rumah Mbah Bergas dan seandainya batu-batu besar itu menabrak rumah pasti langsung hancur karena batu-batu tersebut ±2 meter tingginya. Pada akhirnya Kyai Hanggaswiryo tadi diberi nama Bergas (bahasa jawanya slamet;pangestu;sugeng;dsb).
Mbah Gabah tersebut lalu menyesal atas perbuatan jahatnya terhadap Mbah Bergas karena Mbah Gabah terbujuk oleh nafsu akan harta dunia lalu sebagai tanda bukti bahwa Mbah Gabah benar-benar menyesal maka digambarlah wayang dan gunungan wayang pada batu dibawah perempatan Punggang Wetan.
Dan sampai sekarang gambar wayang tersebut masih ada yang dikenal dengan nama Watu Wayang (batu yang digambari wayang).

Sumber: Cerita dari sesepuh Dusun Brigasan dan berdasarkan letak geografisnya.

Didukung oleh:
Http://bing.com
Http://google.com
Http://yahoo.com
Http://blogger.com

SEJARAH TERJADINYA DUSUN BRIGASAN

Pada tanggal 28 Maret 1830 setelah terjadi pertempuran,akhirnya pengikut setia P. Diponegoro berdomisili disekitar tempat pertempuran di kecamatan tempuran salah satunya Kyai Hanggaswiryo yang dikenal dengan nama Mbah Bergas atau Kyai Bergas.
Kyai Bergas dimakamkan di Dusun Brigasan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

SEJARAH DUSUN BRIGASAN

Setelah Kyai Bergas Bertempat tinggal di Dusun Brigasan tepatnya di bawah perempatan Bukit Punggang Wetan kira-kira dibawah jalan menuju makam Brigasan. Waktu itu Kyai bergas tinggal bersama saudaranya yang sering disebut Mbah Gabah yg bertempat tinggal di Dusun Gabahan yaitu seseorang yg memiliki sawah luas sehingga selalu panen padi yang cukup melimpah (padi=jawanya gabah).
Karena tempat Mbah Gabah tersebut penuh dengan padi maka tempat tersebut dinamakan Gabahan
Pada suatu waktu Mbah Gabah merasa bahwa dirinya kaya akan pangan (padi) tetapi dirinya merasa bahwa wilayahnya kurang luas padahal wilayah milik Mbah Bergas sangat luas tetapi penuh dengan pohon-pohon yg banyak.
Mbah Gabah merasa iri karena wilayahnya tidak seluas milik Mbah Bergas dan pada akhirnya Mbah Gabah mempunyai fikiran buruk yaitu ingin membunuh Mbah Bergas beserta anak dan istrinya.
Karena Mbah Gabah tidak berani secara langsung, kemungkinan ilmunya Mbah Bergas tinggi daripada Mbah Gabah jadi Mbah Gabah tidak berani.
Pada suatu malam niat Mbah Gabah akan dilaksanakan yaitu membunuh sekeluarga yg ada dirumah Mbah Bergas tapi tidak secara langsung,waktu malam itu Mbah Gabah menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengangkat batu-batu besar yang selanjutnya dilemparkan ke rumah Mbah Bergas dari atas Bukit Punggang Wetan.
Tapi malam itu Allah SWT menakdirkan lain,yang pada akhirnya batu-batu besar yang dilemparkan Mbah Gabah berhenti semua dan tidak jadi menabrak rumah Mbah Bergas dan seandainya batu-batu besar itu menabrak rumah pasti langsung hancur karena batu-batu tersebut ±2 meter tingginya. Pada akhirnya Kyai Hanggaswiryo tadi diberi nama Bergas (bahasa jawanya slamet;pangestu;sugeng;dsb).
Mbah Gabah tersebut lalu menyesal atas perbuatan jahatnya terhadap Mbah Bergas karena Mbah Gabah terbujuk oleh nafsu akan harta dunia lalu sebagai tanda bukti bahwa Mbah Gabah benar-benar menyesal maka digambarlah wayang dan gunungan wayang pada batu dibawah perempatan Punggang Wetan.
Dan sampai sekarang gambar wayang tersebut masih ada yang dikenal dengan nama Watu Wayang (batu yang digambari wayang).

Sumber: Cerita dari sesepuh Dusun Brigasan dan berdasarkan letak geografisnya.

Didukung oleh:
Http://bing.com
Http://google.com
Http://yahoo.com
Http://blogger.com